Dukung Muhammad Ridwan untuk menjadi ketua HMJ EA periode 2011-2012

Album Kenangan...

Sabtu, 07 Mei 2011

The Power of Dream

Mimpi adalah hal pertama yang harus dilakukan dan dimiliki bila seseorang ingin mencapai atau mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Banyak orang besar yang mengawali ‘kebesarannya’ dengan mimpi. Sebut saja Gajah Mada. Ia punya mimpi menyatukan Nusantara yang luasnya Subhanallah! Sampai ia bersumpah tidak akan memakan buah palapa hingga mimpinya itu tercapai.

Atau Muhammad Al-Fatih Murad. Yang terobsesi menaklukkan Konstantinopel ke tangan Islam kala ia masih 17 tahun. Karena mendengar sabda Rasul tentang penaklukan Konstantinopel itu, “Sebaik-baik pasukan adalah pasukannya, dan sebaik-baik panglima adalah panglimanya”

Dan ia menjadi panglima pasukan yang dikatakan oleh Rasul, “sebaik-baik panglima”. Dalam usia 17 tahun. Tapi kalau di Indonesia mungkin baru bisa mendapat kartu tanda penduduk. (usia yang sama seperti aku, tapi aku sudah melakukan apa saja sampai detik ini???)

Saat menggali parit sebelum perang, para sahabat menemukan beberapa buah batu besar yang sangat sulit untuk dipecahkan. Akhirnya para sahabat memberitahukannya pada nabi, dan beliau saw. yang mengambil alih pekerjaan itu. Subhanallah, Rasulullah ternyata kuat melakukannya. Ketika memecahkan sebuah batu, Rasulullah saw. berkata, “Aku melihat kunci-kunci negeri Parsi". Ketika memecahkan batu yang lain, Rasulullah berkata, "Aku melihat kunci-kunci negeri Romawi..."

Dan dalam beberapa tahun, kata-kata Rasulullah saw. tersebut menjadi kenyataan. Kaum muslimin dapat menaklukkan negeri-negeri tersebut dan menjadikannya di bawah naungan Islam. Bukan sekedar janji Allah hal itu menjadi kenyataan. Tapi pastinya ada usaha kaum muslimin di dalamnya. Rasulullah menanamkan optimisme dan mimpi dalam pikiran para sahabatnya.

Self fulfilling prophecy mungkin. Karena sudah dikatakan oleh Rasul tentang hal itu –yang notabene merupakan informasi dari Allah yang pasti akan terjadi—maka para sahabat bersemangat untuk itu.

Ikal dan Arai, 2 orang anak Belitong yang bersusah payah untuk menikmati pendidikan yang masih sangat minim di daerah mereka, pernah bermimpi untuk menjejakkan kakinya di altar suci almamater Sorbonne, Perancis. Mimpi itu terlafazkan saat mereka masih SMP, nun jauh di pelosok, Belitong yang kaya namun memiliki penduduk yang miskin. Berbagai pengalaman hidup telah mereka lalui, hingga akhirnya mereka bisa menamatkan S1 di universitas di Pulau Jawa, dan keduanya berhasil mendapatkan beasiswa ke Sorbonne, Perancis. Berawal dari mimpi kanak-kanak

Lantas yang menjadi pertanyaan adalah, memangnya ada apa dengan mimpi?

Perilaku manusia sangat diarahkan dan dipengaruhi oleh pikirannya. Karena itu ada ungkapan, “if you think you can, you can!”

Ketika tidak ada keyakinan ‘mampu’ pada diri seseorang, maka dia akan sulit mendorong dirinya sendiri untuk menjadi mampu. Begitu pun bagi orang yang selalu berpikir dan mengatakan, ‘ini sulit, itu susah, saya tidak bisa melakukan itu’. Itulah mengapa orang yang pesimis sangat sulit untuk sukses.

Itu bagi orang yang sudah berpikir, walaupun negatif. Apalagi bagi orang yang tidak berpikir tentang sesuatu yang ingin dicapai (mimpi). Dengan kata lain, orang yang tidak bermimpi.

Mimpi menanamkan semangat pada jiwa dan pikiran seseorang. Mimpi menjaga seseorang untuk tetap bergerak. Karena ada sesuatu yang ingin dicapai itulah seseorang akan terpacu motivasinya untuk berusaha menggapai impiannya tersebut, hingga akhirnya dengan balasan dan kehendak Allah ia bisa mendapatkannya. Terus, berusaha, menggapai mimpinya.

Tapi yang perlu diperhatikan, tidak sama antara bermimpi dengan mengkhayal. Yang satu baik, yang lain menghabiskan waktu sia-sia sehingga menjadi tidak baik. Yang satu jelas apa yang ingin dicapai, dan yang lain tidak, sekedar senang-senang saja bersantai.


"Hidup ini bukan mimpi tetapi semuanya berawal dari mimpi."

Oleh karena itu, kita harus bangun dan merealisasikan impian kita itu. Sudah banyak impian yang terangkai di dalam benakku. Aku ingin dapat merealisasikan satu per satu impian-impian itu dan mencoretnya dari list impianku. Aku juga akan memeluk impian-impian itu agar orang lain tidak merebutnya kembali. Walaupun aku sering terjatuh dikala ingin menggapai impian-impian itu, aku harus tetap bertahan, aku tidak boleh menyerah.
Keep fight...!!!
Read more "The Power of Dream..."

From Admin: Hidupkan Kembali Blog Ini!

Udah lama banget ini blog vakum gak ada yang ngisi. Ayo dong PENDAKI, tunjukkan kreativitas kalian disini!
Admin nunggu artikel2 kalian yang inspiratif!! Read more "From Admin: Hidupkan Kembali Blog Ini!..."

Kamis, 13 Januari 2011

Hari Kematian Internet

Sekarang ini, semua sudah terhubung dengan internet. Di banyak hal memang benar-benar membantu kita di kehidupan, terutama cara berkomunikasi dan berinteraksi. Tidak hanya berinteraksi dengan sesama manusia, tapi juga berinteraksi dengan non-human, mesin, atau sebuah sistem.

Hampir semua orang yang saya kenal sekarang mempunyai sebuah identity di dunia maya, entah web page, blog maupun social networking profile. Bahkan juga saya banyak kenal orang dari internet, tahu kegiatan orang-orang tersebut dari hasil sharingnya di dunia maya. Batas-batas privasi telah diperlebar dan definisinya diubah. Masing-masing mempunyai pemahamannya sendiri yang mungkin bagus ataupun malah merugikan.

Kita jadi berinteraksi dengan banyak orang dalam waktu yang lebih singkat dan paralel. Informasi masuk ke diri kita dengan sangat cepat dan dalam pecahan yang kecil-kecil. Otak kita jadi terlatih untuk menerima arus informasi dalam jumlah banyak secara bersamaan. Contoh nyatanya adalah Twitter.

Seperti inilah komunikasi jaman sekarang. Kita harus pintar-pintar memilih pecahan informasi kecil mana yang penting untuk disimpan dalam memori kita. Atau hal-hal apa yang sebenarnya tidak ada kepentingannya dengan kita tapi menguras energi dan waktu kita.

Kenyataan yang Maya
Apakah kamu familiar dengan skenario ini?

Bangun tidur ngecek timeline Twitter. Sambil nunggu sarapan beres, check email. Terus ngeliat foto-foto weekend unggahan temen kamu. Lalu twitteran lagi sambil sarapan.
Berapa banyak dari kita orang dewasa yang sudah merasa kaku untuk menulis tangan karena selama ini tidak pernah menulis di atas kertas lagi?


Lalu begitu sampai di kantor langsung check-in Foursquare supaya title mayor enggak keambil oleh orang lain. Dan begitu seterusnya, orang lebih banyak menghabiskan waktu dengan menatap smartphone-nya dibanding dengan bertatap dengan orang lain secara langsung.

Ya memang dalam pekerjaan sehari-hari kita bertemu dengan real-people dan juga menghadapi real-problem. Tapi terkadang dunia maya di gadget kecil kita itu lebih menarik dari pada dunia nyata yang kita hadapi secara langsung. Alhasil orang lebih banyak lari ke dunia kecil yang indah untuk mengekspresikan atau bahkan menjadi seseorang yang tidak mungkin dia lakukan di dunia nyata.

Karena kesehariannya sudah berjalan rutin seperti itu lama-kelamaan orang menjadi terbiasa dan nyaman. Atau mungkin kata yang lebih tepatnya: ketergantungan.

Hari Kematian Internet Tiba
Apa yang harus kita persiapkan pada saat hari kematian Internet tiba? Setelah selama beberapa tahun belakangan ini kehidupan kita dimanjakan oleh kecanggihan dan kemudahan oleh teknologi, apa saja yang telah direnggut oleh internet dari kehidupan kita? Hal nyata apa yang telah hilang dan digantikan oleh kode-kode digital?

Secara tidak sadar dan pelan orang telah mengganti cara hidupnya selama 10 tahun belakangan ini. Contoh paling simplenya adalah menulis. Berapa banyak dari kita orang dewasa yang sudah merasa kaku untuk menulis tangan karena selama ini tidak pernah menulis di atas kertas lagi. Surat menyurat melalui email, berhitung menggunakan kalkulator, berbicara menggunakan instant messenger service, dsbnya. Peran mulut untuk berbicara telah tergantikan oleh 10 jari yang menari di atas keyboard, dan banyak hal lainnya.

Apa yang bisa dilakukan untuk kembali hidup seperti masa lalu lagi secara analog?

No Google!
Ini adalah sila pertama dalam peraturan dasar hidup analog. Tidak menggunakan layanan Google sama sekali, mulai dari search engine, email, map, earth, picture, dan semuanya yang Google sediakan.

Untuk mencari tau mengenai suatu hal kita gak bisa menggunakan search engine. Kamu harus mulai mencoba mencari suatu hal dengan usaha kamu sendiri, dan dengan bertanya ke manusia lain secara real. Yang ditantang disini adalah kemampuan kamu dalam bersosialisasi dengan orang baru secara nyata untuk mendapatkan informasi. Bisa juga dengan mendatangi perpustakaan dan mencari pecahan informasi dalam deretan buku-buku yang ada disana.

Kalau selama ini kita terbiasa tinggal memasukan nama tempat atau jalan untuk melihat peta, maka pada hari kematian internet kita harus kembali menggunakan peta biasa. Harus bisa mencari lokasi peta dan menelusuri jalan yang tersebar pada ratusan lembar halaman.

Langganan surat kabar.
Karena sudah tidak bisa browsing internet lagi maka kamu harus langganan surat kabar supaya enggak ketinggalan berita sehari-hari. Yang penting adalah langganan koran pagi dan sore, karena untuk koran pagi kamu bisa baca apa yang terjadi kemarin sore hingga malem, dan koran sore untuk yang terjadi dari pagi hingga siang. Yah semua beritanya sih telat 1 hari, setidaknya kamu sudah bisa ikut dalam pembicaraan sehari-hari. Efeknya adalah waktu akan terasa lebih lambat dan lebih panjang karena informasi yang kita dapat tidak terlalu deras.

Keluar dari semua social networking platform.
Hapus semua account Twitter, Facebook, MySpace, FourSquare, Koprol, dan lainnya. Mulai coba hidup dengan tenang tanpa tahu teman kamu hari ini ngeluh apa dalam perjalanan pulang kantor yang macet. Kamu juga enggak perlu tahu teman kamu sarapan apa pada pagi harinya, dan informasi-informasi lain yang sebenarnya tidak kamu butuhkan. Kamu pasti akan lebih fokus dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari yang utama tanpa distraction tersebut.

Untuk menghubungi seseorang akan butuh usaha lebih dari sekedar PING!! dan mention. Manusia akan kembali berbicara menggunakan mulut dan suaranya, tidak lagi dengan text dan jarinya.

Kalau udah berpergian rasanya seperti lepas dari manapun. Perjalanan dari rumah menuju tempat nongkrong rasanya kaya jalan sendirian di terowongan sunyi yang dindingnya rapat semua. Baru bisa dihubungi apabila sudah stay di sebuah tempat. Mau kabur sejenak untuk mewujudkan me time rasanya gampang banget.

Sign out dari e-mail.
Bikin PO Box atau alamat rumah saja untuk urusan surat menyurat. Dan supaya gak numpuk sampah, bikin satu lagi PO Box khusus brosur-brosur iklan atau promosi yang gak penting untuk supaya langsung dibuang ke sampah. Prinsipnya semacam bikin account/folder khusus spam di email kamu supaya langsung di trash. Siapkan folder untuk menyimpan kertas-kertas dan dokumen yang dikirim ke rumah kamu.

Album foto.
Buat kita yang hobi foto mungkin upload ke Facebook adalah hal yang paling mudah dan nyaman. Semua foto bisa kita upload sebanyak apapun tanpa mengeluarkan biaya lagi. Apabila internet sudah mati, maka untuk masalah foto ini akan kembali menjadi hal yang mahal dan butuh banyak biaya, untuk cetak dan untuk menyimpannya dengan baik di dalam album foto. Foto akan menjadi barang yang value-nya lebih spesial dan pribadi karena tidak akan mudah lagi untuk diperbanyak seperti halnya foto digital.

No copy-paste ucapan.
Persetan dengan sms-sms copy paste yang membuat handphone kamu lemot pada hari raya. Kartu-kartu ucapan yang sifatnya pribadi dan intim dengan tulisan tangan yang sangat personal. Membuat kamu merasa lebih dihargai dan hari raya menjadi lebih berarti.

Well, kalau dilihat-lihat, sebenarnya hari kematian internet bukan berarti kiamat. Kita mungkin akan merasa kesusahan karena internet sudah membuat kita mudah dalam banyak hal, tapi di lain sisi juga, nilai-nilai kehidupan akan menjadi lebih nyata dan lebih mendalam bagi banyak orang.

Semoga kita semua sudah siap apabila hari itu datang...
Read more "Hari Kematian Internet..."
 

Great Morning ©  Copyright by Pendidikan Akuntansi's Bloggy | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks